Tarisa Nurul (220106110051)-UAS Studi Kebijakan Pendidikan
PENGARUH PERGANTIAN KURIKULUM MERDEKA
TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA SEKOLAH DI INDONESIA
Tarisa
Nurul Anggraeni
Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Manajemen
Pendidikan Islam
E-mail
: tarisanurulanggraeni@gmail.com
Abstrak
Demi
tercapainya Pendidikan diperlukan kurikulum sebagai bahan ajar serta menjaga
keefektivan proses belajar mengajar disekolah. Menteri Pendidikan nadiem
makarim mencetuskan kurikulum baru yaitu "kurikulum merdeka belajar"
yang sudah dipakai mulai tahun 2022. Kurikulum ini menuai banyak pro kontra
mengenai pengaruh pergantian kurikulum ini terhadap hasil belajar siswa. Penelitian
ini bertujuan untuk menganalisis dan mengumpulkan data tentang hubungan antara
pergantian kurikulum merdeka dan hasil belajar siswa sekolah di Indonesia.
Untuk itu, dibutuhkan pemahaman lebih lanjut guna memperdalam wawasan mengenai
kegiatan tersebut. Peneliti menggunakan metode kualitatif yaitu teknik
mengumpulkan data berdasarkan penelitian terdahulu serta sumber referensi online
dengan pengambilan kata kunci pentingnya hasil belajar siswa, kurikulum
Merdeka, serta pengaruh pergantian kurikulum sebagai sumber referensi online.
Kata kunci : pentingnya hasil belajar
siswa, kurikulum Merdeka, dan pengaruh pergnatian kurikulum
Abstrak
In
order to achieve education, a curriculum is needed as teaching material and
maintain the effectiveness of the teaching and learning process in schools.
Education Minister Nadiem Makarim initiated a new curriculum, namely the
"independent learning curriculum" which has been used starting in
2022. This curriculum reaps many pros and cons regarding the effect of this
curriculum change on student learning outcomes. This study aims to analyze and
collect data on the relationship between the change of independent curriculum
and the learning outcomes of school students in Indonesia. For this reason,
further understanding is needed to deepen insight into these activities.
Researchers use qualitative methods, namely techniques for collecting data
based on previous research and online reference sources by taking keywords on
the importance of student learning outcomes, the Merdeka curriculum, and the
influence of curriculum changes as online reference sources.
Keywords: the importance of student
learning outcomes, the Merdeka curriculum, and the influence of curriculum
development
Pendahuluan
Kurikulum
merdeka adalah kemajuan besar dalam pendidikan di Indonesia. Diharapkan,
perubahan ini akan meningkatkan hasil belajar siswa di sekolah-sekolah
Indonesia. Kurikulum merdeka dimulai pada tahun 2022 dengan tujuan meningkatkan
kompetensi dan karakter siswa serta kemampuan mereka untuk berpikir kreatif dan
mandiri. Pengaruh pergeseran ke kurikulum merdeka terhadap hasil belajar siswa
di sekolah-sekolah di Indonesia harus menjadi perhatian publik. Ada pergeseran
besar dari pendekatan pembelajaran reproduktif ke arah yang lebih progresif dan
holistik. Kurikulum merdeka mendorong pembelajaran yang berpusat pada pemahaman
dan penerapan pengetahuan dalam situasi dunia nyata, sehingga siswa tidak hanya
menghafal tetapi juga aktif menggunakan apa yang mereka ketahui. Kurikulum
merdeka juga memberi ruang yang lebih besar bagi kreativitas siswa. Dalam
kurikulum ini, pendidikan karakter, kegiatan ekstrakurikuler, dan pendidikan
seni diberikan perhatian yang lebih besar. Ini berdampak pada peningkatan minat
dan semangat siswa dalam belajar, yang menghasilkan hasil belajar yang lebih
baik.
Tak
hanya itu, pergeseran ke kurikulum merdeka menunjukkan bahwa siswa lebih
terlibat dalam pembelajaran. Kurikulum ini mendorong siswa untuk berpartisipasi
secara aktif dalam aktivitas pembelajaran dan meningkatkan kemampuan mereka
untuk berpikir mandiri, memecahkan masalah, dan berkomunikasi. Akibatnya, siswa
menjadi lebih terlibat dalam aktivitas pembelajaran, lebih percaya diri, dan
lebih baik secara keseluruhan. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa pergeseran ke
kurikulum merdeka juga menghadapi beberapa masalah dan kesulitan dalam
menjalankannya. Untuk menerapkan kurikulum merdeka, setiap guru wajib memiliki
pemahaman yang mendalam dan keterampilan untuk menerapkan kurikulum dengan
baik. Kesuksesan kurikulum merdeka juga bergantung pada infrastruktur, sumber
daya manusia, dan pembiayaan yang memadai. Pergeseran ke kurikulum merdeka
merupakan langkah penting dalam memperbaiki hasil belajar siswa di
sekolah-sekolah di Indonesia. Hasil belajar siswa diharapkan dapat ditingkatkan
melalui pengembangan kreativitas, peningkatan keterlibatan siswa, dan
pendekatan pembelajaran yang lebih progresif. Namun, hambatan dan kesulitan
yang terkait dengan implementasi juga harus diatasi melalui upaya yang
sungguh-sungguh dan kerja sama antara pemerintah, sekolah, guru, dan semua
stakeholder yang terkait.
Pembahasan
1. Pentingnya hasil belajar siswa
a.
Definisi hasil
belajar siswa
Hasil belajar gabungan dari dua kata,
yaitu "hasil" dan "belajar", Keduanya memiliki arti yang
berbeda. Belajar merupakan kegiatan yang paling berarti dalam keseluruhan
proses pembelajaran. Cara siswa belajar akan mengungkapkan apakah tujuan
pendidikan tercapai atau tidak. Dari penjelasan tersebut, Belajar dapat
didefinisikan sebagai pemerolehan pengalaman baru dan perubahan perilaku yang
disebabkan oleh proses interaksi belajar dengan objek yang ada dalam lingkungan
belajar.
Siswa memperoleh hasil belajar
setelah proses belajar berakhir. Hasil belajar adalah apa yang telah dicapai
siswa setelah melakukan kegiatan belajar. Dapat disimpulkan, Hasil belajar
adalah apa yang siswa lakukan setelah kegiatan belajar. Hasil ini dapat berupa
pemahaman, tingkah laku, dan skill apa pun yang sudah mereka pelajari.
Hasil belajar dapat diperoleh dari 2
hal, yaitu :
1) Motivasi
Motivasi paling sering dugunakan
untuk menjelaskan keberhasilan atau kegagalan hamper semua pekerjaan yang kompleks.
motivasi berkaitan dengan komponen yang mendorong tingkah laku dan memberikan
arah kepada tingkah laku tersebut. Selain itu, umumnya diakui bahwa motif
seseorang untuk terlibat dalam kegiatan tertentu didasarkan pada kebutuhan
mendasar mereka. Faktor intrinsik seperti hasrat dan keinginan berhasil, serta
dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan cita-cita belajar, dapat menyebabkan
motivasi belajar. Faktor luar seperti penghargaan, lingkungan yang baik, dan
kegiatan yang menyenangkan dan menarik. Dorongan internal dan eksternal yang
mendorong siswa untuk mengubah tingkah laku dikenal sebagai motivasi belajar.
Jadi,
motivasi yang sangat berpengaruh pada hasil belajar mereka. Siswa yang memiliki
motivasi belajar yang tinggi cenderung memiliki prestasi yang lebih baik,
sementara siswa yang memiliki motivasi belajar yang rendah cenderung memiliki
prestasi yang lebih rendah. Rendahnya motivasi dapat menyebabkan usaha atau
semangat yang rendah untuk berpartisipasi dalam aktivitas tertentu, dan tentu
saja rendahnya semangat akan mempengaruhi hasil yang diperoleh (Rahman, 2022).
Setidaknya ada minimal enam faktor
yang menunjukkan motivasi untuk belajar: hasrat dan keinginan untuk berhasil,
dorongan dan kebutuhan untuk belajar, harapan dan cita-cita masa depan,
penghargaan untuk belajar, kegiatan yang menarik, dan lingkungan belajar yang
baik. Motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa secara positif dan signifikan.
Hubungan antara motivasi belajar dan hasil belajar siswa sangat kuat.
Memberikan motivasi yang kuat dan tinggi dalam pembelajaran akan berdampak
positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa, sehingga tujuan belajar
dapat dicapai.
Dari penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi belajar berkontribusi terhadap peningkatan hasil
belajar siswa. Oleh karena itu, guru harus memahami bagaimana memotivasi siswa
untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Ini mungkin termasuk memberikan
hadiah, pemberian ucapan dan kuis yang memotivasi siswa dalam belajar (Mustanil et al., 2022).
2) Minat
belajar
Menarik
atau tertarik pada suatu hal atau aktivitas belajar tanpa arahan disebut minat
belajar. Minat belajar juga didefinisikan sebagai keinginan dan keterlibatan
yang disengaja dalam aktivitas kognitif yang memainkan peran penting dalam
proses pembelajaran, menentukan apa yang kita pilih untuk belajar, dan seberapa
baik kita mempelajari apa yang telah diberikan.
jadi,
minat belajar adalah ketika seseorang memiliki ketertarikan yang kuat dan
keinginan yang kuat untuk melakukan aktivitas belajar atau mempelajarinya
sendiri. Minat belajar memainkan peran penting dalam proses pembelajaran karena
dapat menentukan apa yang kita pilih untuk belajar dan seberapa baik kita
mempelajari informasi yang diberikan. Oleh karena itu, penting bagi seseorang
untuk memiliki minat belajar agar mereka dapat mengoptimalkan pembelajaran
mereka dan mencapai lebih banyak dalam bidang yang mereka sukai.
b. Menurunnya
hasil belajar siswa
Menurunnya
hasil beberapasiswa disebabkan oleh 2 faktor, yaitu internal dan eksternal.
Beberapa faktor internal yang mempengaruhi belajar siswa adalah sikap, malas,
waktu, menggampangkan tugas, cara belajar dirumah, dan terlalu santai.
Sedangkan, Faktor eksternal yang mempengaruhi belajar siswa adalah faktor dari
keluarga seperti masalah keluarga yang mempengaruhi belajar mereka, dan faktor
sekolah lebih banyak dipengaruhi oleh gurunya karena guru tidak hanya memberi
siswa pengetahuan tetapi juga secara tidak langsung membentuk karakter mereka.
Karena fakta bahwa siswa dengan masalah keluarga rentan terhadap prestasi
mereka karena kurangnya belajar, seperti yang terlihat dalam beberapa kasus.
Dan disinilah sekolah harus membantu siswa dalam belajar (Ricardo & Meilani,
2017).
2. Kurikulum Merdeka
a. Hakikat kurikulum belajar
Secara harfiah kurikulum berasal dari
bahasa latin "a little receourse" yang berarti jarak yang harus
ditempuh dalam pertandingan olahraga. Dan kemudian dirubah arti Pendidikan
menjadi "circle instruction" yang berarti lingkaran pengajaran di
mana guru dan peserta didik terlibat. Dalam bahasa Arab, kurikulum disebut
dengan kata "manhaj" yang berarti jalan yang dilalui manusia dalam
berbagai aspek kehidupan. Namun, manhaj atau kurikulum dalam pendidikan Islam
berarti sekumpulan rencana dan alat yang digunakan oleh lembaga pendidikan
sebagai pedoman untuk mencapai tujuan akademik.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, kurikulum didefinisikan sebagai seperangkat rencana dan pengaturan yang
mencakup tujuan, isi, bahan, dan metode pembelajaran, serta bagaimana kegiatan
pembelajaran dilaksanakan untuk mencapai tujuan pendidikan Nasional. Kurikulum
memiliki setidaknya tiga definisi ketika digunakan setiap hari. Pertama,
kurikulum didefinisikan sebagai kumpulan mata pelajaran untuk jenjang dan jenis
sekolah. Kedua, kurikulum didefinisikan sebagai silabus. Ketiga, kurikulum
didefinisikan sebagai program (Sofiana & Afwadzi,
2021).
Kurikulum merdeka adalah salah satu
bagian dari upaya pemulihan pembelajaran. Kurikulum ini adalah kurikulum yang
memiliki pembelajaran intrakurikuler yang beragam dan materi yang disesuaikan
sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk mempelajari konsep dan
memperkuat keterampilan mereka. Kurikulum ini awalnya dikenal sebagai kurikulum
prototipe, tetapi kemudian dikembangkan sebagai kerangka kurikulum yang lebih
fleksibel dengan fokus pada materi yang relevan, pengembangan
karakter serta kompetensi siswa. Guru dapat memilih berbagai
pendekatan pengajaran untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan dan
minat siswa.
memberi penjelasan tentang ide
kebijakan belajar merdeka yang diusulkan oleh kemendikbud Nadiem Makarim, yang
menekankan pada gagasan belajar merdeka karena Nadiem melakukan penilaian luar
biasa pada kemampuan minimalnya, seperti berhitung, literasi, dan survei
karakter. Literasi adalah ukuran bukan hanya kemampuan membaca tetapi juga
kemampuan untuk memahami dan menganalisis teks yang dibaca selain memahami
ide-ide di baliknya. Dalam penilaian kemampuan numerik, yang dinilai bukan
matematika, tetapi bagaimana siswa dapat menerapkan konsep numerik dalam
situasi dunia nyata. Survei Karakter bukanlah bagian yang tersisa. Namun,
bagaimana siswa menerapkan nilai-nilai moral, agama, dan Pancasila. Diharapkan
bahwa kebijakan belajar Merdeka ini akan membantu dunia pendidikan memajukan
sistem pendidikan secara merata dan menghasilkan generasi penerus yang unggul,
kompetitif, dan berdaya saing di seluruh dunia (Suhartono, 2021).
b. Ciri-ciri kurikulum Merdeka
2.500
lembaga pendidikan telah menerapkan program kurikulum merdeka, yang sebelumnya
dikenal sebagai "Kurikulum Prototipe”. Ada 3 ciri-ciri kurikulum Merdeka,
yaitu :
1)
Pembelajaran
berbasis projek melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Pembelajaran berbasis proyek lebih relevan dan interaktif karena melibatkan
berbagai kegiatan proyek.
Ini
memungkinkan siswa untuk secara aktif mempelajari masalah aktual dan mendukung
pengembangan kompetensi dan karakter Profil Siswa Pancasila. Tujuan proyek
penguatan profil pelajar Pancasila (P5) adalah untuk meningkatkan pemahaman
siswa tentang nilai-nilai Pancasila sebagai dasar negara dan membangun sikap
dan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut. Ini juga dapat melibatkan
kerja sama antara berbagai mata pelajaran, seperti pendidikan Pancasila, bahasa
Indonesia, seni dan keterampilan lainnya. Siswa diberikan tugas untuk menyusun
proyek yang melibatkan kreativitas, analisis, dan penelitian dalam
menggambarkan nilainilai Pancasila. Mereka dapat membuat presentasi, poster,
atau karya seni yang menunjukkan perilaku yang mencerminkan nilai-nilai tersebut.
2)
Fokus pada materi
penting sehingga cukup waktu untuk mempelajari kompetensi dasar (numerasi dan
literasi).
Kurikulum Merdeka fokus pada materi
yang paling penting dan secara bertahap meningkatkan keterampilan siswa,
sehingga membuat pembelajaran pada kurikulum ini lebih sederhana serta
mendalam. Akibatnya, proses pembelajarannya menjadi tidak membosankan, bermanfaat,
dan tidak tergesa-gesa. Selain itu, standarnya jauh lebih sederhana dan memberi
guru lebih banyak waktu untuk mengajarkan konsep secara menyeluruh.
3) Fleksibilitas
dalam pembelajaran yang terdiferensiasi dengan menyesuaikan kemampuan siswa,
serta konteks dan muatan lokal.
Kurikulum ini memberikan lebih banyak
kebebasan belajar kepada siswa, pendidik, dan sekolah. Di sekolah menengah,
tidak ada program peminatan. Akibatnya, siswa dapat memilih mata pelajaran
sesuai dengan minat, bakat, dan cita-cita mereka. Oleh karena itu, siswa tidak
dipisahkan berdasarkan jurusan IPA atau IPS. Guru diberi kebebasan untuk
mengajar sesuai dengan tahapan pencapaian dan perkembangan siswa. Selama
periode ini, guru diharuskan untuk terus mengejar materi, tanpa
mempertimbangkan apa yang ketinggalan siswa. Namun, sekolah diberi wewenang
untuk membuat dan mengawasi kurikulum dan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan
satuan pendidikan, siswa, dan sekolah masing-masing.
c. Perbedaan kurikulum sebelumnya (2013) dengan kurikulum
Merdeka
Kurikulum Merdeka dan kurikulum 2013
memiliku ciri-ciri yang membedakan keduanya. Kurikulum merdeka memiliki
ciri-ciri yang dapat membantu menyelesaikan masalah pendidikan dasar berikut :
1)
Pengembangan
keterampilan non-teknis dan kompetensi berdasarkan profil siswa Pancasila
melalui pembelajaran berbasis proyek
2)
Penyediaan materi
dengan fokus pada materi esensial memungkinkan banyak waktu untuk memahami
kompetensi dasar seperti literasi dan numerasi secara mendalam.
3)
Bersifat
fleksibel, yaitu memberikan guru kebebasan untuk berinovasi dengan mengutamakan
kemampuan siswa dan menyesuaikan dengan konteks dan muatan lokal (Kurnia, 2023).
d. Program Kebijakan kurikulum Merdeka
1) USBN
(Ujian Sekolah Berstandar Nasional) dirubah menjadi Asesmen Kompetensi
Dengan merubah USBN menjadi Asesmen
Kompetensi, tujuan dari UU Sisdiknas adalah untuk memberikan sekolah lebih
banyak kebebasan untuk menentukan kelulusan siswa. Siswa dievaluasi melalui tes
tertulis dan penilaian tambahan. Pergeseran USBN menjadi penilaian kemampuan
membantu siswa, guru, dan sekolah. Siswa memiliki kesempatan untuk menunjukkan
kemampuan dan tekanan psikologis mereka berkurang. Penilaian memberi guru
kebebasan untuk mengajar sesuai dengan kebutuhan siswa dan situasi kelas atau
sekolahnya. Hal ini dapat terus mengembangkan kompetensi profesional guru.
Untuk sekolah, ini memberi lebih banyak kebebasan karena asesmen membantu
proses dan hasil belajar siswa.
2)
Ujian Nasional
(UN) dirubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Mengubah
ujian nasional menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter dianggap
tidak efektif sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional
karena memiliki maksud untuk menurunkan tekanan pada pendidik, peserta didik,
dan orang tua atau wali. Asesmen kompetensi seperti Programme for International
Student Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science
Study (TIMSS) menggunakan kompetensi bernalar seperti literasi dan numerasi
untuk menyelesaikan masalah personal dan profesional. Dengan menggunakan survei
karakter, dapat menilai berbagai aspek implementasi nilai Pancasila di sekolah,
termasuk aspek iklim sekolah (kualitas pembelajaran, kebinekaan, dan perilaku
bullying) dan aspek karakter (karakter pembelajar dan gotong royong). Perubahan
ini merupakan bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
3)
Pengecilan pada Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) durubah, guna meningkatkan kinerja guru. Sebelumnya,
RPP terdiri dari banyak bagian dan jika ditulis bisa mencapai 20 halaman. Sekarang,
RPP hanya perlu satu halaman dan mencakup tiga elemen utama: tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian. Hal ini dilakukan untuk
menyederhanakan pengelolaan dan menghemat waktu guru. Ini memungkinkan guru
untuk merencanakan dan mengevaluasi proses pembelajaran dengan baik.
4)
Peraturan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi
Sistem
zonasi pada Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dibuat lebih
fleksibel. Pada kurikulum sebelumnya, pembagian PPDB dengan sistem zonasi
menjadi 3, yaitu 80% jalur zonasi, 15 % jalur afirmasi, 5% jalur perpindahan,
dan 0 hingga 30% jalur prestasi. Untuk peraturan terbaru membagi PPDB dengan
sistem zonasi menjadi empat, yaitu 50% jalur zonasi, 15% jalur, dan 15 % jalur
perpindahan (Vhalery et al., 2022).
e. Perubahan kurikulum
Jika satu atau lebih elemen kurikulum
berbeda selama dua periode tertentu karena usaha yang disengaja, kurikulum
disebut mengalami perubahan. Mengubah kurikulum juga sering berarti mengubah
individu, yaitu guru, pembina pendidikan, dan orang-orang yang bertanggung
jawab atas pendidikan. Itu sebabnya mengubah kurikulum dianggap sebagai
perubahan sosial, atau "perubahan sosial". Perubahan kurikulum juga
dikenal sebagai inovasi atau pembaharuan kurikulum. Perubahan kurikulum
biasanya karena beberapa faktor, seperti :
1) Bebasnya
sejumlah wilayah tertentu di dunia ini dari kekuasaan kaum kolonialis
Setelah negara-negara memperoleh
kemerdekaan, mereka menyadari bahwa sistem pendidikan yang mereka gunakan
selama ini sudah tidak sesuai lagi dengan semangat kemerdekaan nasional. Untuk
mencapai tujuan ini, mereka mulai mempersiapkan perubahan yang cukup signifikan
pada kurikulum dan sistem pendidikan saat ini.
Meskipun kurikulum diubah sebagai
tanggapan atas kebebasan dari kekuasaan kolonial, perlu diperhatikan bahwa
perubahan ini merupakan proses yang sulit dan dapat memakan waktu yang lama.
Untuk mencapai perubahan kurikulum yang efektif dan berkelanjutan, diperlukan
kolaborasi dan diskusi yang luas dengan berbagai pihak, termasuk masyarakat,
pendidik, dan ahli pendidikan.
2)
Perkembangan IPTEK
yang pesat sekali.
Hampir
setiap aspek kehidupan kita, termasuk pendidikan, dipengaruhi oleh perkembangan
IPTEK yang pesat. Kurikulum harus mengikuti perkembangan terkini dalam bidang
pengetahuan dan teknologi untuk memastikan bahwa siswa memanfaatkan kemajuan
IPTEK untuk masa depan.
3)
Pertumbuhan yang
pesat dari penduduk dunia dengan bertambahnya penduduk, maka makin bertambah
pula jumlah orang yang membutuhkan Pendidikan.
Ini
berarti bahwa metode yang telah digunakan dalam pendidikan harus ditinjau
kembali dan, jika perlu diubah untuk memenuhi kebutuhan Pendidikan yang semakin
meningkat (Muhammedi, 2016).
3. Dampak Pergantian Kurikulum
Pergantian kurikulum yang sebelumnya
memakai kurikulum 2013 menjadi kurikulum Merdeka membawa dampak, baik dampak
positif maupun dampak negaif :
a. Dampak
positif
1)
Kurikulum baru
melengkapi kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya.
Kurikulum Merdeka dirancang guna
untuk melengkapi kekurangan pada kurikulum sebelumnya. Terdapat banyak
kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya, yaitu di kurikulum sebelumnya
kurangnya peluang siswa dalam mengembangkan minat dan bakat (non akademik) dan
hanya terfokus bada bidang akademiknya saja, sedangkan di kurikulum Merdeka ini
siswa diberi ruang untuk mengeksplor bakat dan minat siswa. Selanjutnya,
dikurikulum sebelumnya lebih dominan guru untuk mengarahkan pembelajaran dan
hal ini membuat siswa menjadi pasif saat pembelajaran belangsung, sedangkan di
kurikulum Merdeka lebih dominan siswa dikarenakan dituntuk untuk lebih mandiri
dan membuat siswa lebih aktif pada saat proses pembelajaran. Dan yang teakhir,
kurikulum sebelumnya jarang menggunakan teknologi bahkan hamper tidak pernah
dan tidak relevan dengan kemajuan teknologi, sedangakan kuriklum Merdeka sudah
menggunakan teknologi pada saat akegiatan belajar mengajar.
Dapat disimpulkan, kurikulum Merdeka
dibuat untuk melengkapi kekurangan yang ada pada kurikulum sebelumnya. Dan
diharapkan untuk kurikulum Merdeka dapat memberikan Pendidikan yang lebih luas
sesuai dengan kebutuhan siswa di era revolusi industry 4.0 atau society 5.0
dengan menyesuaikan kemajuan teknologi saat ini.
2) Terdapat
penyesuaian dengan tuntutan perubahan zaman.
Kurikulum Merdeka dirancang sesuai
dengan kebutuhan siswa di era revolusi industry 4.0 atau society 5.0 dengan
tujuan mampu menghadapi tantangan masa depan yang ditimbulkan oleh perubahan
zaman dengan tetap mampu mencapai tujuan Pendidikan. Di era digital saat ini,
memungkinkan pembelajaran yang fleksibel dan bisa dilakukan dengan cara siswa
mengakses pembelajaran melalui media sosial, seperti youtube, google classroom,
dan masih banyak lagi. Kurikulum tersebut juga perlu mempersiapkan siswa untuk
beradaptasi dengan perubahan yang cepat, mengembangkan kemampuan berpikir
kritis dan inovatif, serta memiliki sikap belajar sepanjang hayat. Dalam hal
ini, penting bagi pemerintah dan lembaga pendidikan untuk terus memantau
perkembangan perubahan zaman, mengikuti tren global dalam pendidikan, dan
melakukan evaluasi dan penyesuaian terhadap kurikulum merdeka belajar.
b.
Dampak negatif
1)
Tidak tercapainya
target Pendidikan di awal penerapan.
Kurikulum Merdeka menekankan pada
pembelajaran yang lebih mandiri dan berbasis proyek, misalnya siswa membuat ppt
tentang materi tersebut kemudia dipresentasikan didepan siwa lain dan gurunya.
Dalam hal ini, siswa dituntut untuk berperan aktif dalam mengatur dan mengelola
proses belajar mereka sendiri. Faktor lainnya yaitu kurangnya pengetahuan dan
pemahaman yang memadai tentang kurikulum Merdeka ini, serta fasilitas di setiap
sekolah yang berada di Indonesia tidak memadai. Hal tersebut menjadi suatu alasan
mengapa kurikulum Merdeka ini belum mencapai target atau tujuan Pendidikan.
Untuk mengatasi hal ini, perlu adanya
Upaya mendasar yang dilakukan oleh pemerintah, seperti melakukan pelatihan
kepada guru, orang tua, ataupun pihak yang terkait. Serta dilakukan Upaya untuk
meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana sekolah di Indonesia. Dan kurikulum
Merdeka dapat berhasil, jika semua pihak yang terkait mampu bekerjasama untuk
mendukung hal tersebut dan berkomitmen untuk menerapkannya.
2) Fasilitas
kurang memadai.
Salah satu tantangan dalam menerapkan
kurikulum Merdeka belajar adalah kurangnya fasilitas yang memadai baik dari
segi sarana maupun prasarana di Sebagian sekolah yang ada di Indonesia.
Kurangnya fasilitas menyebabkan tidak lancarnya proses belajar siswa serta
dapat menurunkan hasil belajar siswa. Dikarenakan pembelajaran yang kurang
menarik atau terlalu monoton.
Untuk mengatasi hal ini, pemerintah
dapat memberikan perhatian lebih guna menyediakan fasilitas sarana dan
prasarana yang memadai di setiap sekolah yang ada di Indonesia. Dengan adanya
fasilitas yang memadai, proses pembelajaran siswa akan berjalan lebih efektif
dan efisien, serta memungkinkan para siswa untuk memperoleh pemahaman yang
lebih mendalam tentang mata pelajaran yang dipelajari, sehingga diharapkan
hasil belajar siswa juga meningkat secara signifikan.
3) Sosialisasi
penerapan kurikulum baru membutuhkan waktu.
Pada dasarnya pergantian kurikulum
membutuhkan waktu yang cukup untuk mensosialisasikan kurikulum Merdeka secara
efektif. Karena disini melibatkan beberapa pihak seperti pemerintah, guru,
orang tua, siswa, dan pihak lainnya (Mawati et al., 2023)
Kesimpulan
Pergantian
kurikulum yang sebelumnya kurikulum 2013 dirubah menjadi kurikulum Merdeka
memiliki dampak, baik dampak positif maupun negatif. Dampak positif dari
kurikulum Merdeka yaitu kurikulum baru melengkapi kekurangan yang ada pada
kurikulum sebelumnya, seperti memberi ruang pada siswa untuk mengekspor bakat
dam minat, dominan siswa yang menjelaskan karena dituntut lebih mandiri serta
membuat siswa lebih aktif, dan kurikulum saat ini sudah menggunakan teknologi
sesuai dengan majunya teknologi. Selanjutnya, terdapat penyesuaian dengan
tuntutan perubahan zaman, kurikulum Merdeka ini sudah mengaplikasikan teknologi
pada pembelajaran seperti youtube, google classroom, zoom dan masih banyak
lagi.
.
Sedangkan, dampak negatif kurikulum Merdeka yaitu, tidak tercapainya target
Pendidikan di awal penerapan, hal ini dikarenakan kurangnya pengetahuan dan
pemahaman mengenai kurikulum ini dan mengubah metode pembelajaran. Yang kedua,
fasilitas kurang memadai, beberapa sekolah kurang memadai dari segi sarana dan
prasarana yang menyebabkan kurang lancarnya proses pembelajaran. Dan yang
terakhir, sosialisasi penerapan kurikulum baru membutuhkan waktu, pada dasarnya
penerapan kurikulum membutuhkan waktu yang cukup lama dikarenakan melibatkan
beberapa pihak.
Daftar Pustaka :
Kurnia, S. (2023). KESIAPAN GURU DALAM
MENGIMPLEMENTASIKAN KURIKULUM MERDEKA DI SEKOLAH DASAR ISLAM (SDI) SURYA BUANA
KOTA MALANG. Ibtidaiyyah: Jurnal Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, 2(2),
117–127.
Mawati, A. T.,
Hanafiah, H., & Arifudin, O. (2023). Dampak pergantian kurikulum pendidikan
terhadap peserta didik sekolah dasar. Jurnal Primary Edu, 1(1), 69–82.
Muhammedi, M.
(2016). Perubahan Kurikulum Di Indonesia: Studi kritis tentang upaya menemukan
Kurikulum Pendidikan islam yang ideal. Jurnal Raudhah, 4(1).
Mustanil, M.,
Hady, MS, & Kawakip, A. N. (2022). Efektivitas Penggunaan Model Blended
Lerning dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa MI Darul Hikmah
Bone. Jurnal Basicedu, 5(6), 6453–6463.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v5i6.1687
Rahman, S. (2022).
Pentingnya motivasi belajar dalam meningkatkan hasil belajar. Seminar
Prosiding Nasional Pendidikan Dasar.
Ricardo, R., &
Meilani, R. (2017). Impak Minat dan Motivasi Belajar terhadap Hasil Belajar
Siswa (The impacts of students' learning interest and motivation on their
learning outcomes). Jurnal Pendidikan Manajemen Perkantoran, 1(1), 79–92.
Sofiana, F., &
Afwadzi, B. (2021). Kurikulum Pendidikan Islam di UIN Malang: Studi Pemikiran
Imam Suprayogo dan M. Zainuddin. At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam,
20(2), 248–272.
Suhartono, O.
(2021). Kebijakan merdeka belajar dalam pelaksanaan pendidikan di masa pandemi
covid-19. Ar-Rosikhun: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam, 1(1).
Vhalery, R.,
Setyastanto, A. M., & Leksono, A. W. (2022). Kurikulum merdeka belajar
kampus merdeka: Sebuah kajian literatur. Jurnal Penelitian dan Pengembangan
Pendidikan, 8(1), 185–201.
Komentar
Posting Komentar