Dampak covid 19 bagi perekonomian dan solusinya
Dampak covid 19 bagi perekonomian dan solusinya.
Pada tahun 2020, Indonesia memulai perperangan untuk menghadapi pandemi covid 19 yang mulai masuk di Indonesia. Tentu dengan masuknya Covid 19 di Indonesia akan memberikan dampak secara tidak langsung untuk negara Indonesia salah satunya yaitu dampak perekonomian indonesia. Dampak ekonomi yang harus diantisipasi dalam menghadapi pendemi corona yang sedang terjadi meliputi :
1) Dampak fiskal
Dari segi penerimaan seperti pajak, bea dan cukai, PNBP migas dan tambang, dapat dipastikan sulit mencapai target. Pajak diperkirakan jauh di bawah target karena pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya sekitar 4% dari target 5%. Demikian juga penerimaan bea dan cukai, karena pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan dunia semua juga turun disebabkan oleh menurunnya volume perdagangan. Penerimaan dari migas dan tambang juga diperkirakan akan turun drastis karena target harga minyak dalam APBN 2020 jauh di atas harga pasar dunia saat ini.
2) Dampak moneter
Pada minggu pertama dan kedua pada bulan maret tahun 2020. Terjadi pelemahan rupiah yang cuku tajam, bahkan mencapai diatas Rp.15.000 per dolar AS. Harga saham gabungan juga merosot sangat tinggi dari sebelum masuknya covid 19 yang masih diatas Rp.6.000 sampai merobaknya covid 19 harga saham gabungan jatuh hingga Rp.4.000 atau sudah turun lebih dari 30%.
3) Perdagangan luar negeri
Sumber devisa indonesia saat ini adalah minyak bumi, batu bara, gas, CPO, tekstil, alas kaki serta berbagai hasil tambang. Harga minyak dan gas mengalami mengalami penurunan drastis hingga 50% batu bara dan CPO juga mengalami 2 penurunan sekaligus yaitu penurunan harga dan dan penurunan permintaan karena sebagian besar konsumen batu bara adalah RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Tekstil dan juga alas kaki mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hasil tambang juga mengalami penurunan permintaan dan harga kecuali emas.
4) jasa
Sektor yang sayang terpukul karena pandemik covid 19 adalah sektor jasa pariwisata, jasa logistik dan jasa transportasi. Jika ketiga jasa tersebut mengalami pertumbuhan negatid dan sulit untuk bangkit. Maka, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dan melakukan pemutusan hubungan kerja.
5) Sektor riil
Walaupun diperkirakan terjadi penurunan pertumbuhan yang sangat dalam, tetapi permintaan terhadap produk kebutuhan pokok dan sandang diperkirakan tidak akan turun secara drastis. Untuk itu kita saatnya kembali memacu produksi sektor riil seperti pertanian dan industri tekstil yang selama ini diisi oleh impor. Karena hampir seluruh dunia mengalami permasalahan produksi industri manufaktur akibar covid 19, maka kondisi ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menata ulang manufaktur di negara kita.
6) Ekonomi rakyat
Ekonomi rakyat juga dipastikan akan mengalami kerugian yang sangat besar sebagai dampak menurunnya daya beli masyarakat.
Solusi kebijakan :
1) Lakukan revisi APBN
a. Menyediakan dana penyelematan nyawa manusia dari pendemik corona,
b. Menyediakan dana penyangga dampak sosial (social safety net),
c. Membatalkan proyek-proyek infrastruktur jangka panjang,
d. Memberikan subsidi terhadap kebutuhan pokok rakyat,
e. Memberikan insentif fiskal terhadap sektor usaha yang terkena dampak, tetapi bisa membangkitkan ekonomi secara cepat seperti pariwisata dan ekspor komoditas pertanian.
Pada tahun 2020, Indonesia memulai perperangan untuk menghadapi pandemi covid 19 yang mulai masuk di Indonesia. Tentu dengan masuknya Covid 19 di Indonesia akan memberikan dampak secara tidak langsung untuk negara Indonesia salah satunya yaitu dampak perekonomian indonesia. Dampak ekonomi yang harus diantisipasi dalam menghadapi pendemi corona yang sedang terjadi meliputi :
1) Dampak fiskal
Dari segi penerimaan seperti pajak, bea dan cukai, PNBP migas dan tambang, dapat dipastikan sulit mencapai target. Pajak diperkirakan jauh di bawah target karena pertumbuhan ekonomi diprediksi hanya sekitar 4% dari target 5%. Demikian juga penerimaan bea dan cukai, karena pertumbuhan ekonomi dalam negeri dan dunia semua juga turun disebabkan oleh menurunnya volume perdagangan. Penerimaan dari migas dan tambang juga diperkirakan akan turun drastis karena target harga minyak dalam APBN 2020 jauh di atas harga pasar dunia saat ini.
2) Dampak moneter
Pada minggu pertama dan kedua pada bulan maret tahun 2020. Terjadi pelemahan rupiah yang cuku tajam, bahkan mencapai diatas Rp.15.000 per dolar AS. Harga saham gabungan juga merosot sangat tinggi dari sebelum masuknya covid 19 yang masih diatas Rp.6.000 sampai merobaknya covid 19 harga saham gabungan jatuh hingga Rp.4.000 atau sudah turun lebih dari 30%.
3) Perdagangan luar negeri
Sumber devisa indonesia saat ini adalah minyak bumi, batu bara, gas, CPO, tekstil, alas kaki serta berbagai hasil tambang. Harga minyak dan gas mengalami mengalami penurunan drastis hingga 50% batu bara dan CPO juga mengalami 2 penurunan sekaligus yaitu penurunan harga dan dan penurunan permintaan karena sebagian besar konsumen batu bara adalah RRT (Republik Rakyat Tiongkok). Tekstil dan juga alas kaki mengalami penurunan permintaan secara drastis. Hasil tambang juga mengalami penurunan permintaan dan harga kecuali emas.
4) jasa
Sektor yang sayang terpukul karena pandemik covid 19 adalah sektor jasa pariwisata, jasa logistik dan jasa transportasi. Jika ketiga jasa tersebut mengalami pertumbuhan negatid dan sulit untuk bangkit. Maka, banyak perusahaan mengalami kebangkrutan dan melakukan pemutusan hubungan kerja.
5) Sektor riil
Walaupun diperkirakan terjadi penurunan pertumbuhan yang sangat dalam, tetapi permintaan terhadap produk kebutuhan pokok dan sandang diperkirakan tidak akan turun secara drastis. Untuk itu kita saatnya kembali memacu produksi sektor riil seperti pertanian dan industri tekstil yang selama ini diisi oleh impor. Karena hampir seluruh dunia mengalami permasalahan produksi industri manufaktur akibar covid 19, maka kondisi ini dapat digunakan dengan sebaik-baiknya untuk menata ulang manufaktur di negara kita.
6) Ekonomi rakyat
Ekonomi rakyat juga dipastikan akan mengalami kerugian yang sangat besar sebagai dampak menurunnya daya beli masyarakat.
Solusi kebijakan :
1) Lakukan revisi APBN
a. Menyediakan dana penyelematan nyawa manusia dari pendemik corona,
b. Menyediakan dana penyangga dampak sosial (social safety net),
c. Membatalkan proyek-proyek infrastruktur jangka panjang,
d. Memberikan subsidi terhadap kebutuhan pokok rakyat,
e. Memberikan insentif fiskal terhadap sektor usaha yang terkena dampak, tetapi bisa membangkitkan ekonomi secara cepat seperti pariwisata dan ekspor komoditas pertanian.
2) Penataan kembali kebijakan investasi untuk sektor industri manufaktur, pertambangan, pertanian, perikanan, dan kehutanan yang mengutamakan terwujudnya kemandirian jangka panjang.
3) Melakukan pengendalian pengelolaan utang yang sudah sangat besar dan memberatkan perekonomian.
4) Meninjau kembali atau menjadwalkan ulang keberlanjutan proyek-proyek yang membutuhkan dana besar seperti pemindahan ibu kota, kereta api vepat, dan berbagai infrastruktur lain.
5) Memperlancar aliran barang konsumsi untuk menjaga tingkat konsumsi masyarakat serta melalukan lobi internasional untuk mendorong pertumbuhan ekspor komoditas sumber daya alam.
6) relokasi anggaran pada sektor kesehatan, pasokan pangan dan daya beli masyarakat.
7) relaksasi kredit sebagai stimulus fiskal untuk mendorong produksi pada sektor manufaktur dimana terdapat banyak lapangan pekerjaan.
8) perlu dimaksimalkan adalah kebijakan moneter dan makro prudential melalui penurunan suku bunga dan menjaga stabilitas nilai tukar.
Sumber :
- www.tagar.id
- m.kumparan.com
- Idcloudhost.com
Komentar
Posting Komentar